LAPORAN BIOLOGI
ACARA VI
MENGENAL EKOSISTEM
Oleh;
Perdana Arief Sandy
120210101112
Biologi Dasar B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Program Studi
Pendidikan Matematika
Universitas
Jember
Semester Genap
2012 – 2013
A.
Judul
Mengenal Ekosistem
B.
Tujuan
1. Mengenal komponen – komponen yang ada di dalam
ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem
C.
Dasar Teori
Ekosistem
adalah suatu system di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik
antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya.
Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran , tetapi lebih ditekankan
kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik
dan komponen biotik
Ekosistem
tersusun atas dua komponen penting, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik seperti tanaman, hewan, manusia dan lain lain. Sedangkan
komponen abiotik sendiri meliputi sinar matahari, suhu, cahaya, tanah, batu,
air, angin, kelembaban, pH tanah, dan lain lain. Selalu terjadi keterkaitan antar
dua komponen ini sehingga menyebabkan terjadinya ekosistem.
Berdasarkan sistem energinya,
ekosistem dibedakan menjadi ekosistem tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan
berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan,
padang rumput, semak belukar, ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar,
payau, asin)
Alat yang digunakan untuk mengukur
komponen abiotik ada beberapa macam, diantaranya higrotermometer ( untuk
mengukur kelembapan dan suhu udara ), anemometer ( untuk mengukur kecepatan
angin ), soil tester ( untuk mengukur pH tanah ), luxmeter ( untuk mengukur
intensitas cahaya ), dan masih banyak alat pengukur factor abiotik lainnya.
(Tim
Dosen Pembina. 2012: 23)
Ekosistem
merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi. Jika dilihat dari fungsinya
ekosistem dibedakan menjadi 2 yaitu komponen autotrof (mampu mensintesis
makanannya sendiri dengan mengikat energi dan memebentuk senyawa kompleks) dan
komponen heterotrof (memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh
organisme lain), sedangkan jika dilihat dari segi penyusunnya dibedakan menjadi
4 yaitu benda tak hidup (abiotik), produsen (organisme autotrof), konsumen
(organisme heterotrof) dan pengurai
(Pratiwi.
1996: 53).
Sifat-sifat
ekosstem antara lain sebagai berikut: setiap ekosistem bersifat dinamis; dalam
arti jumlah, posisi, atau peranan dan intensitas setiap bagian atau unsure akan
berubah aatu berkembang secara terus menerus dan berganti setiap saat
sebagaimana lazimnya suatu sitem hidup. Setiap ekosistem ditandai oleh suatu
struktur atau jenjang hierarkis. Misalnya tumbuhan adalah produsen makanan
hama. Hama memakan tumbuhan dengan aneka pola penyerangan. Selanjutnya hama
menjadi makanan atau mangsa bagi musuh alami. Dengan demikian musuh almi
menduduki tempat teratas dalam rantai makanan ekosistem tanaman. Tanpa musuh
alami tanaman dihabiskan oleh hama. Habisnya tanaman pada gilirannya akan
menyebabkan kematian musuh almi. Ketiga unsur (tanaman, hama dan musuh alami)
dalam suatu ekosistem merupakan system yamg saling terkait. Keseimbangan antara
ketiga ekosistem ini harus dijaga agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
(Untung, 1996: 44).
Abiotik atau komponen tak hidup
adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya suatu siklus kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar
komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik
dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi
distribusi organisme, yaitu :
Proses biologi dipengaruhi suhu .
Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam
tubuhnya.
Ketersediaan air memengaruhi
distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air
di gurun.
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Beberapa
organisme terestrial beradaptasi
dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi
proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar
membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhantertekan.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur
fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan
pada kandungan sumber makanannya di tanah.
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam
suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam
suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
(Irwan.
2010: 37)
Faktor biotik
adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer.
Faktor
biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
(gudangmakalahmu.blogspot.com/2012/10)
Autotrof adalah organisme yang mampu mensintesis
makanan sendiri, menggunakan energi dari matahari, dengan proses yang dikenal
sebagai fotosintesis. Semua tanaman dan beberapa bentuk bakteri datang di bawah
kategori ini. Mereka juga dikenal sebagai produsen dalam rantai makanan, karena
mereka mampu menghasilkan makanan mereka sendiri dan makanan ini secara
langsung atau tidak langsung digunakan oleh anggota lain dari rantai makanan.
Aututrophs adalah makan sendiri atau mandiri anggota
ekosistem. Mereka mensintesis senyawa organik kompleks seperti karbohidrat,
protein dan lemak, dari molekul anorganik sederhana, dengan bantuan energi
cahaya atau dengan reaksi kimia anorganik. Tergantung pada metode yang mereka
mensintesis makanan mereka, autotrof diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua
kategori:
- Phototrophs – Ini adalah sebagian besar tanaman, yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi.
- Chemoautotrophs – Bakteri atau jamur yang memperoleh makanan mereka dengan reaksi kimia anorganik.
Heterotrof merupakan organisme yang mendapatkan energi
dari molekul organik yang dibuat oleh autotrof dikenal sebagai heterotrof.
Organisme ini gagal untuk mensintesis makanan mereka sendiri dan tergantung
pada produsen atau autotrof, untuk penyediaan senyawa organik yang diperlukan
untuk pertumbuhan mereka. Sebagai heterotrof memperoleh energi dari produsen,
mereka berfungsi sebagai konsumen dalam rantai makanan. Senyawa organik
kompleks yang diproduksi oleh autotrof dipecah menjadi zat yang sederhana, yang
memberikan energi ke heterotrof. Seperti autotrof, heterotrof juga
diklasifikasikan sebagai photoheterotrophs dan chemoheterotrophs, tergantung
pada sumber energi. Konsumen diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kategori
yang berbeda, berdasarkan modus konsumsi.
- Herbivora – Sebuah heterotrof yang memperoleh energi langsung dari tanaman.
- Karnivora – Mereka hewan yang memakan hewan lain.
- Omnivora – Hewan yang mendapatkan makanan mereka dari tumbuhan maupun dari hewan lain.
- Saprobes – Organisme yang mendapatkan energi dengan memecah sisa-sisa tanaman dan hewan yang mati.
(infobebas.web.id/2011)
Pengurai merupakan organisme
heterotrof yang menguraikan bahan organic yang berasal dari organisme mati
(bahan organic kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan lagi
oleh produsen. Yang termasuk pengurai adalah bakteri, jamur dan lain-lain
(Warsito dan Setyawan, 1999: 134)
Rantai makanan,
yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan
urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau
taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau
sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas
hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi
lainnya, sebagian energi akan hilang.
Jaring- jaring
makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan
terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis
makhluk hidup lainnya.
(Gheam, 2012)
Piramida makanan adalah piramida yang menggambarkan
jumlah berat dan energi mulai dari produsen sampai konsumen puncak. Piramida
ini dibuat dengan satu asumsi bahwa pada saat terjadi peristiwa makan dan
dimakan telah terjadi perpindahan energi dari makhluk hidup yang dimakan ke
makhluk hidup pemakannya.
Perlu di ingat pada bab sebelumnya bahwa ada beberapa
tingkat trofik dalam suatu rantai makanan yaitu :
1.
Tingkat
trofik I disebut produsen/ detritus
2.
Tingkat
trofik II disebut konsumen primer/ Konsumen I
3.
Tingkat
trofik III disebut konsumen sekunder/ konsumen II
4.
Tingkat
trofik IV disebut konsumen tersier/ konsumen III
Piramida ekologi secara umum bisa digambarkan
pada gambar berikut.
Ada tiga jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah
individu, piramida biomassa, dan piramida energi.
1.
Piramida Jumlah
Piramida jumlah menggambarkan hubungan kepadatan
populasi/ jumlah individu diantara tingkat trofik. Hal ini menunjukkan bahwa
binatang yang menempati tingkat trofik yang lebih rendah, jumlahnya lebih
banyak dibanding dengan binatang yang menempati tingkat trofik yang lebih
tinggi.
2.
Piramida Biomassa
Piramida biomassa menggambarkan
ukuran berat materi organisme pada setiap trofik dalam satuan berat. Piramida
biomassa hasilnya lebih akurat daripada piramida jumlah inidividu. Untuk
mengukur berat pada setiap trofik maka rata-rata berat organisme di tiap trofik
harus diukur kemudian barulah jumlah organisme pada setiap trofik, tersebut
dapat diperkirakan.
3.
Piramida Energi
Pada piramida energi ini akan
terlihat adanya penurunan energi yang tersedia untuk setiap tingkat trofik.
Jumlah energi sebagai persediaan terbesar adalah produsen dan lebih kecil pada
tingkat-tingkat trofik berikutnya. Cara paling teliti untuk mengetahui hubungan
antara organisme dari berbagai tingkat trofik adalah dengan piramida energi.
Terjadinya penurunan jumlah energi ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. Hanya
sejumlah makanan tertentu yang dapat ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
b. Beberapa
makanan sulit dicerna sehingga hanya dikeluarkan sebagai sampah.
c. Hanya
sebagian makanan yang diubah menjadi energi di dalam tubuh organisme, sedangkan
sisanya digunakan sebagai sumber energi.
(trisantotimmi.binushacker.net/2013/03)
D.
Metode Penelitian
1.
Alat
a. Plot
b. Higrotermometer
c. Anemometer
d. Alat tulis
2.
Bahan
a. Ekosistem daratan ( daerah sekitar kampus )
3.
Diamati
ekosistem di dalam plot
|
Komponen biotik dan abiotik diinventarisasi
|
Ekosistem daratan yang akan diamati ditentukan
terlebih dahulu
|
Plot pipa dirangkai membentuk segi empat dengan sisi
1 m
|
Plot dilemparkan secara acak
|
Kelembapan,
suhu udara dan kecepatan angin diukur
|
Dibuat diagram antara komponen ekosistem dan daur
energinya
|
E.
Hasil Pengamatan
Gambar ekosistem
|
Keterangan
|
A.
Komponen
Biotik
a. Tumbuhan
1. Rumput A
2. Rumput B
3. Rumput C
4. Lumut
b. Hewan
1. Lalat
2. Merutu
3. Semut
4. Kumbang
B.
Komponen
Abiotik
a.
Ranting besar
b.
Ranting kecil
c.
Daun kering
d.
Air tergenang
e.
Bunga gugur
f.
Kulit batang terkelupas
g.
Cahaya
h.
Tanah
i.
Suhu
|
A.
Biotik
a. Tumbuhan
1. 0,4 %
2. 0,4 %
3. 94,74 %
4. 0,25 m2
b. Hewan
1. 0,81 %
2. 2,83 %
3. 0,4 %
4. 0,4 %
B.
Abiotik
a.
1
b.
37
c.
197
d.
Di atas 6 daun
e.
25
f.
1
g.
Terang
h.
Lembab ( 76 %
)
i.
Suhu
lingkungan sehabis hujan ( 30o )
|
F.
Pembahasan
Dalam
kegiatan praktikum biologi acara VI minggu lalu, kami melakukan pengamatan
terhadap ekosistem. Objek yang kami amati adalah ekosistem daratan. Dalam
melakukan pengamatan, sampel yang kami gunakan adalah daerah sekitar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tepatnya adalah daerah parkir mobil para dosen.
Dalam
kegiatan pengamatan, kami mengambil sampel seluas 1 m2 yang dibatasi
dengan pipa persegi yang berukuran 1 x 1 m. Pengambilan sampel kami lakukan
secra acak guna memperoleh data yang seobjektif mungkin. Pada sampel seluas 1 m2
tersebut, dapat ditemukan sebuah ekosistem. Di dalamnya terdapat rumput, lumut
dan hewan sebagai komponen biotik. Tumbuhan yang kami temukan adalah rumput.
Rumput tersebut terdiri dari 3 species yang kami beri nama rumput A, rumput B
dan rumput C. Hewan yang kami temukan diantaranya lalat, hewan merutu, semut
dan kumbang. Sedangkan komponen abiotiknya adalah tanah, daun kering, bunga
berguguran, ranting pohon, pelepah batang pohon, genangan air, udara,
kelembapan dan kecepatan angin.
Komponen
biotik yang kami amati diantaranya adalah tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan
yang kami amati, didapatkan data terbanyak adalah rumput C, yaitu 234 individu.
Di susul rumput A dan B yang memiliki jumlah sama yaitu satu individu.
Presentase rumput A dari keseluruhan komponen biotik yang kami inventarisir
adalah 0,4 %. Hal ini dikarenakan jumlah rumput A adalah satu. Presentase pada
rumput A sama dengan pada rumput B, yaitu 0,4 %. Sedangkan pada rumput C,
presentasenya adalah 94,74 %. Perbedaan presentase yang cukup signifikan ini
dikarenakan penyebaran bibit rumput tersebut kurang merata. Kurang meratanya
penyebaran tersebut dapat disebabkan karena agen agen penyebaran, baik dari
faktor biotik maupun abiotik kurang terlibat. Selain itu, juga bergantung dari
perkembangbiakan masing masing species itu sendiri. Jika specias memiliki
bunga, maka penyebarannya akan cepat karena memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk menghasilkan individu baru.
Perhitungan
banyaknya rumput dari masing masing species tersebut kami dasarkan pada jumlah.
Sedangkan lumut, perhitungannya kami dasarkan pada luas penampang. Luas daerah
tanah yang berlumut pada ekosistem yang kami amati adalah 0,25 m2
atau bisa dikatakan ¼ bagian dari luas daerah sampel ekosistem yang kami amati.
Penyebarannya adalah dibagian tanah yang jarang tanamannya. Lumut termasuk produsen karena merupakan
tumbuhan walaupun tidak bisa mengasilkan makanan sendiri dan merupakan tumbuhan
tingkat rendah.
Komponen
biotik selanjutnya adalah hewan. Hewan yang dapat kami amati dalam pengamatan
tersebut diantaranya lalat, hewan
merutu, semut dan kumbang. Lalat yang dapat kami temukan dalam ekosistem
tersebut adalah 2 ekor, hewan merutu 7 ekor, semut 1 ekor dan kumbang 1 ekor. Jumlah
dari keseluruhan hewan yang ada adalah 11 ekor. Sehingga total keseluruhan
komponen biotik, baik hewan maupun tumbuhan kecuali lumut adalah 247. Presentase
keberadaan masing masing hewan tersebut dari seluruh komponen biotik adalah
0,81 % untuk lalat. 2,83 % untuk hewan merutu, 0,4 % untuk semut dan 0,4% untuk
kumbang. Hewan hewan yang kami amati tersebut merupakan hewan kecil-kecil. Dari
hewan hewan tersebut dapat dijumpai adanya saling ketergantungan. Lalat dan
merutu misalnya, mereka ada disana karena tempatnya cocok. Keberadaan kotoran
yang dikumpulkan kumbang memancing mereka kesana. Selain itu, adanya semut yang
mencari makanan juga menunjukkan kepada lalat bahwa di suatu tempat ada
makanan. Kumbang mendapat keuntungan, dengan adanya hewan lain disana maka
kumbang dapat mengumpulkan kotoran mereka. Ketergantungan antar hewan ini
dinamakan simbiosis.
Dalam
ekosistem tersebut, tidak ditemukan adanya keterkaitan rantai makanan antar
satu dan lainnya. Tumbuhan sebagai produsen ( trofik I ) tidak dibutuhkan oleh
hewan hewan tersebut. Kebutuhan mereka hanya pada tumbuhan yang sudah mai yang
sudah menjadi komponen abiotik. Selain
itu, rantai makanan antar hewan juga tidak terjadi. Hal ini dikarenakan merutu
dan lalat cenderung suka kepada makanan yang sudah busuk atau tempat kotor.
Walaupun terkadang lalat suka pada makanan yang masih segar, akan tetapi di
ekosistem tersebut tidak ditemukan makanan segar. Sedangkan kumbang lebih suka
kepada kotoran hewan lainnya. Dan semut sedang dalam pencarian makanan. Dari
kesemua hewan, hanya semut saja yang merupakan konsumen I (trofik II). Mengapa
? karena semut juga mengumpulkan makanan yang berasal dari tumbuhan. Sedangkan
yang menjadi konsumen tingkat II (trofik III) tidak ada. Lalat, kumbang dan
merutu sendiri belum teridentifikasi termasuk herbivora atau karnivora. Akan
tetapi jika mereka merupakan omnivora, maka dapat dikatakan bahwa lalat,
kumbang dan merutu merupakan konsumen tingkat I (trofik II) dan bisa juga
konsumen tingkat II atau lebih tergantung daari komponen biotik yang ada di
dalam suatu ekosistem tersebut.
Dari
komponen biotik yang ada, rumput A, B dan rumput C serta lumut merupakan
makhluk hidup yang bersifat autotrof. Autotrof sendiri merupakan makhluk hidup
yang dapat membuat makanan sendiri. Proses pembuatan makanan sendiri ini
dinamakan fotosintesis. Sedangkan hewan yang ada di dalam ekosistem tersebut
merupakan makhluk heterotrof karena mereka tidak dapat membuat atau mensintesis
makanannya sendiri. Walaupun tidak bergantung langsung pada tumbuhan, tetapi
mereka tetap merupakan makhluk hidup yang bersifat heterotrof.
Selain
komponen biotik, di dalam suatu ekosistem juga terdapat komponen abiotik.
Komponen abiotik ini merupakan komponen dasar dari keberadaan komponen biotik.
Jika tidak ada komponen abiotik, maka komponen biotik pun akan sulit dijumpai.
Seperti pada gurun pasir atau kutub. Pada pengamatan yang kami lakukan terhadap
sampel ekosistem di daerah kampus, komponen abiotik yang menjadi objek
pengamatan kami diantaranya ranting besar, ranting kecil, daun kering, air
tergenang, bunga gugur, kulit batang terkelupas, cahaya, tanah dan suhu.
Ranting
besar, ranting kecil, daun kering, pelepah kulit pohon dan bunga gugur termasuk
ke dalam komponen abiotik karena merupakan benda mati. Walaupun pada dasarnya
berasal dari makhluk hidup, akan tetapi mereka sudah lepas dari sebutan itu.
Hal ini selain dikarenakan mereka sudah lepas dari tumbuhan induknya, mereka
hanyalah kumpulan sel sel yang sudah tidak bisa berkembang lagi. Lama kelamaan
mereka akan hancur dengan sendirinya. Dalam hal ini, ketergantungan antara
komponen biotik dan abiotik terlihat. Sisa sisa tumbuhan ini akan membusuk dan
terurai menjadi materi yang lebih sederhana. Nantinya materi sederhana ini akan
kembali ke tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Secara otomatis, jika
kesuburan tanah meningkat maka tumbuhan yang ada di sekitarnya akan tumbuh
subur. Tumbuhan yang tumbuh subur ini mengundang binatang lain yang membantu
penyerbukan tanaman pada akhirnya nanti.
Air
merupakan sumber kehidupan. Dimana ada air disitu ada kehidupan. Dalam
pengamatan yang kami lakukan ditemukan enam tempat dimana terdapat genangan
air. Air tersebut berada di atas daun kering dan merupakan sisa sisa dari air
hujan. Dalam pengamatan tersebut, ditemukan sesekali lalat dan merutu hinggap
dipinggiran daun yang tergenangi air tersebut. Dari pengamatan itu, kami
menyimpulkan bahwa air itu merupakan minuman bagi mereka.
Pengamatan
yang kami lakukan tepat pada keadaan lingkungan setelah hujan. Dan pada saat
itu langit masih ditutupi mendung sehingga cahaya yang masuk hampir tidak ada.
Kami hanya memperkirakan saja keadaan cahaya, yaitu cahaya terang pada saat
dilakukan pengamatan. Terang disini maksudnya adalah terangnya cahaya yang
dapat membuat kita melihat benda. Bukan terang seperti ada panas seperti pada
siang hari. Sebenarnya pengukuran intensitas cahaya dapat lebih akurat bila
dilakukan pengukuran menggunakan luxmeter. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat
dilakukan karena alat ukurnya ( luxmeter ) belum dimiliki.
Tanah
merupakan komponen abiotik utama yang harus ada hampir disetiap ekosistem
daratan. Hal ini dikarenakan tanah merupakan unsur terpenting dari keberadaan
tanaman atau tumbuhan sebagai produsen. Suatu ekosistem dimana di dalamnya
terdapat tumbuhan merupakan ekosistem yang lengkap. Dalam pengamatan yang kami
lakukan terhadap sampel ekosistem tersebut, tanahnya padat dan becek. Hal ini
dikarenakan tanah tersebut merupakan tempat yang dilalui mobil. Sehingga tanah
menjadi terpapat lebih padat ke dalam.selain itu, tanah saat itu becek karen
sudah diguyur hujan sebelum dilakukan praktikum. Walaupun begitu, masih dapat
ditemukan suatu ekosistem. Berbeda dengan gurun, tanah selalu mengandung unsur
hara walaupun sedikit. Sehingga masih bisa ditemui tumbuhan. Sedangkan di
gurun, tanahnya bertekstur pasir dan sulit ditemukan air, sehingga kehidupan
pun sedikit. Sehingga kita sangat sulit menemukan suatu ekosistem di gurun.
Pada
pengamatan awal yang kami lakukan, didapatkan data untuk kelembaban lingkungan
yaitu lembab dan suhu adalah suhu sehabis turun hujan. Selanjutnya untuk
membuktikan kelembaban dan suhu lingkungan, kami lakukan pengukuran. Kelembaban
lingkungan dan suhu udara kami ukur menggunakan higrotermometer. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa kelembaban lingkungan saat itu adalah 76% dan suhunya adalah
30oC. Hal ini disebabkan karena pada saat dilakukan pengamatan,
cuaca sedang mendung karena telah terjadi hujan sebelumnya. Selain itu juga
kecilnya intensitas cahaya yang diterima disebabkan karena mendung tersebut.
Dalam
kegiatan pengamatan yang kami lakukan , komponen biotik seperti rumput A, B dan
rumput C serta lumut dapat diamati sebagai tumbuhan secara kasat mata. Begitu
juga hewan yang ada seperti semut, hewan merutu, kumbang dan lalat. Komponen
abiotik pun apat diamati seperti tanah, air, daun kering, ranting kecil,
ranting besar, pelepah kulit pohon dan bunga gugur. Beberapa komponen abiotik
dapat dirasakan seperta suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya. Dari
pengamatan tersebut, kami lakukan pendokumentasian berupa foto. Untuk beberapa
komponen biotik dan abiotik dapat terlihat di hasil pemotretan. Akan tetapi
untuk hewan yang kecil kecil tidak dapat terlihat gambarnya.
G.
Kesimpulan
Ekosistem
merupakan luasan daerah yang didalamnya terdapat komponen biotik dan abiotik
dimana antara kedua komponen tersebut saling terjadi keterkaitan. Komponen
biotik adalah makhluk hidup yang ada di dalam sebuah ekosistem yang meliputi
tumbuhan, hewan bahkan manusia . Sedangkan komponen abiotik adalah benda mati
yang menunjang keberadaan ekosistem. Komponen biotik meliputi tumbuhan dan
hewan. Di dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen ( trofik I ) dan
hewan sebagai konsumen ( trofik II,III,IV dan seterusnya ). Komponen abiotik
meliputi tanah, udara, suhu, kecepatan angin, air, kelembaban, dan intensitas
cahaya.
0 komentar:
Plaas 'n opmerking