LAPORAN BIOLOGI
ACARA III
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
Oleh;
Perdana Arief Sandy
120210101112
Biologi Dasar B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Program Studi Pendidikan
Matematika
Universitas
Jember
Semester Genap
2012 – 2013
A.
Judul
Golongan darah pada
manusia
B.
Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia
C.
Dasar Teori
Manusia
tersusun dari berbagai jaringan, cairan, dan sebagainya. Cairan jaringan pada
manusia adalah 92% dan 8% adalah merupakan darah. Darah merupakan unit fungsional seluler pada makhluik hidup yang bersifat
cair dan berperan untuk membantu proses fisiologis. Fungsi darah secara umum
adalah :
1. Mengangkut
zat makanan dan oksigen keseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke
organ yang berfungsi untuk pembuangan.
2. Mempertahankan
tubuh dari serangan bibit penyakit
3. Mengedarkan
hormon-hormon untuk membantu proses fisiologis
4. Menjaga
stabilitas suhu tubuh
5. Menjaga
keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.
(Pratiwi. 2007:67)
Darah
terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
merupakan bagian darah yang cair. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3
kelompok : Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit.
(Idel. 1999:75)
Trombosit
adalah bagian sel darah yang berperan dalam pembekuan darah. Jika jaringan tubuh terlua, trombosit pada permukaan akan
pecah dam mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah
protobin menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+. Trombin adalah
sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat
larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam
plasma darah). Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan
tertutup.
Eritrosit
normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus. Bentuk eritrosit
sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati
kapiler-kapiler. Jumlah sel darah merah
ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan
eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang.
Pembentukkannya diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan
eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah
tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk
menghitung jumlah eritrosit pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara
menghitung 8% dari berat badan orang itu.
Golongan
darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Ada dua
jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus
( faktor Rh). Didunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Tranfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi tranfusi munologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok dan kematian
(Joko. 2006:37)
Kita mengenal ada empat macam golongan
darah yaitu, A, B, AB dan O. Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat
sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B. Berikut
kombinasi yang mungkin terjadi:
1.
Individu dengan
A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada plasma darahnya.
2.
Individu dengan
B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada plasma darahnya.
3.
Individu dengan
A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki anti A maupun anti B pada
plasma darahnya.
4.
Individu dengan
A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A maupun anti B pada plasma
darahnya.
(Tim Dosen Pembina. 2012: 11)
Pada permulaan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K.
Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang – kadang terjadi
apabila eritrosit (sel darah merah) seorang dicampur dengan serum darah orang
lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan
penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang
menjadi 3 golongan, ialah A, B, dan O. golongan yang ke empat jarang sekali
dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa
Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli.
Dikatkan bahwa antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh
eritrosit orang tertentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibody
atau aglutinin yang dibawa oleh serum darah. Dikenal dua macam antigen yaitu
antigen-A dan antigen-B, sedangkan antizatnya dibedakan atas anti-A dan anti-B.
orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki antigen-B, sedangkan ada
pula yang tuidak memiliki antigen-A maupun antigen-B.
Orang yang memiliki antigen-A tidak memiliki anti-A,
melainkan anti-B di dalam serum atau plasma darahnya. Orang demikian dimasukan
dalam golongan darah A. Orang golongan darah B mempunyai antigen-B dan anti-A.
Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, begitu pula antigen-B bertemu dengan
anti-B, maka darah akan menggumpal dan dapat menyebabkan kematian pada orang
yang menerima darah. Darah tipe A tidak dapat ditranfusikan kepada orang
bergolongan darah B, demikian pula sebaliknya.
Tabel hubungan antara golongan
darah (fenotip) seseorang dengan macam antigen dan zat anti yang dimiliki.
Golongan darah
(fenotip)
|
Antigen dalam
Eritrosit
|
Zat anti dalam
serum /
Plasma darah
|
O
A
B
AB
|
-
A
B
AB
|
Anti-A
dan anti-B
Anti-B
Anti-A
-
|
Orang
yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B, tetapi memiliki anti-A maupun
anti-B di dalam serum atau plasma darahnya, dimasukan dalam golongan darah O.
Adapun orang yang memiliki antigen-A maupun antigen-B, tatapi tidak memiliki
anti-A maupun anti-B di dalam serum atau
plasma darah, dimasukan dalam golomgam darah AB.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan
darah, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si-pemberi (donor)
maupun darah si-penerima (resipien) harus diperiksa terlebih dahulu berdasarka
system ABO. Interaksi yang terjadi selama transfusi darah antara berbagai macam
antigen dalam eritrosit dengan zat anti dalam serum atau plasma darah.
Tabel interaksi antara alel – alel IA,
IB dan i yang menyebabkan terjadinya 4 golongan darah, yaitu O, A,
B, dan AB
Golongan
darah
(fenotip)
|
Antigen
dalam
Eritrosit
|
Alel
dalam kromosom
|
Genotip
|
O
|
-
|
I
|
ii
|
A
|
A
|
IA
|
IAIa atau IA i
|
B
|
B
|
IB
|
IB
IB atau IB i
|
AB
|
A
dan B
|
IA
dan IB
|
IA
IB
|
(Suryo. 1984;254-257)
Transfusi darah adalah
pemberian darah seseorang kepada orang lain. Orang yang berperan sebagai
pemberi darah disebut dengan donor. Orang yang menerima darah disebut resipien.
Golongan darah AB merupakan resipien universal karena dapat menerima semua
jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal
karena dapat ditranfusikan kepada semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak
melakukan transfusi darah adalah karena penurunan volume darah dan untuk
memberi resipien beberapa unsur dari darah yang dibutuhkan.
D.
Metode Penelitian
1.
Alat
a. Lanset / jarum steril
b. Jarum pentul
c. Spidol
d. Gelas objek
e. Kertas putih
2.
Bahan
a. Serum A dan B
b. Alkohol 70 %
c. Kapas
d. Darah segar manusia
3.
Cara Kerja
Tangan
dicuci bersih dan diusap menggunakan alkohol pada jari manis
|
Jari manis ditusuk dengan lanset steril dan darah
ditaruh di gelas objek
|
Gelas objek ditandai “ A ” dan “ B ” pada masing
masing bagian
|
Gelas objek diletakkan pada selembar kertas putih
|
Serum
A diteteskan pada bagian A dan serum B pada bagian B
|
Masing masing bagian diaduk menggunakan jarum pentul
|
Dilihat
apakah ada penggumpalan atau tidak
|
Tetesan
darah ditempatkan pada gelas objek bagian “ A “ dan “ B “
|
Bekas tusukan ditutup menggunakan kapas beralkohol
|
Gelas objek digaris dengan spidol menjadi dua bagian
sama
|
E.
Hasil Pengamatan
Tabel
Golongan Darah
No.
|
Kelompok
|
Nama
Probandus
|
Golongan
Darah
|
1
|
I
|
Yuli Nur Azizah
|
B
|
2
|
II
|
Tiofani Indraswari A
|
B
|
3
|
III
|
M. Dodik Kurniawan
|
O
|
4
|
IV
|
Irma Khoirul Ummah
|
A
|
5
|
V
|
Cici Fitri Lestari
|
O
|
6
|
VI
|
Soleh Chudin
|
A
|
F.
Pembahasan
Setiap
manusia memiliki golongan darah masing masing. Pada sistem penggolongan darah
ABO, terdapat empat macam golongan darah, yaitu golongan darah A, B, AB dan O.
Golongan darah ini didasarkan pada alel penyusunnya, diantaranya IA ,
IB , i. IA dan IB bersifat dominan terhadap i
Seperti contoh, orang yang bergolongan darah A, maka darahnya tersusun atas IA IA atau IA
i .Dalam hal ini, walaupun orang tersebut memiliki alel i pada
penyusunnya, ia tetap bergolongan darah A. Hal ini dikarenakan alel i bersifat
resesif, sedangkan alel IA bersifat dominan. Begitu pula pada orang
yang bergolongan darah B. Tetapi untuk orang yang bergolongan darah AB, pada
darahnya terdapat alel IA dan alel IB dimana keduanya
bersifat dominan dan ia tidak memiliki alel i pada darahnya. Sehingga dapat
dikatakan jika seseorang bergolongan darah O, maka ia memiliki alel i dan i
yang menyusun darahnya.
Pada
percobaan yang kami lakukan dalam menentukan golongan darah manusia, didapatkan
tiga hasil golongan darah. Yaitu glongan darah A, B dan O. Golongan darah A
dimiliki oleh Irma Khoirul Ummah dari kelompok IV dan Soleh Chudin dari
kelompok VI. Golongan darah B dimiliki oleh Yuli Nur Azizah dari kelompok I dan
Tiofani Indraswari dari kelompok II. Golongan darah O dimiliki oleh M. Dodik
Kurniawan dari kelompok III dan Cici Fitri Lestari dari kelompok V. Sedangkan
golongan darah AB tidak ada karena pemilik golomgan darah ini sangatlah jarang
Dari
kelompok IV dan VI yang bergolongan darah A, kami dapatkan bahwa ketika
ditetesi dengan serum A dan diaduk, maka terjadi penggumpalan. Sedangkan ketika
ditetesi dengan serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini dikarenakan darah
tersebut memiliki aglutinin B (anti B)
pada plasma darahnya. Sedangkan pada eritrositnya mengandung aglutinogen A. Penggumpalan
yang terjadi ditandai dengan munculnya butiran butiran seperti pasir pada
bagian darah yang ditetesi serum A. Penggumpalan ini disebabkan karena pada
eritrosit mengandung aglutinogen A. Sehingga jika diberi antinya (anti A), maka
akan terjadi proses aglutinasi.
Dari
kelompok I dan II, probandus bergolongan darah B. Pada pengamatan yang kami
lakukan, darah mereka mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum B. Sedangkan
saat ditetesi dengan serum A, darah tidak mengalami penggumpalan. Hal ini
dikarenakan pada plasma darahnya mengandung aglutinin A (anti A). Sedangkan
pada eritrositnya mengandung aglutinogen B. jadi ketika darah ditetesi dengan
anti B, maka akan terjadi reaksi aglutinasi antara eritrosit dan serum
tersebut. Reaksi yang terjadi menyebabkan darah menggumpal. Penggumpalan ditandai
dengan adanya butiran butiran seperti pasir yang ada pada darah yang ditetesi
serum B.
Dari
kelompok III dan V, probandus bergolongan darah O. Pengamatan yang kami
lakukan, memberikan hasil bahwa ketika darah ditetesi dengan serum A dan B,
darah tidak mengalami penggumpalan. Hal ini disebabkan karena plasma darah
mereka mengandung aglutinin A (anti A) dan aglutinin B (anti B). Sedangkan pada
eritrositnya tidak memiliki aglutinogen sama sekali. Sehingga ketika darah
mereka ditetesi dengan serum anti A maupun anti B, eritrosit tidak bereaksi.
Hal inilah yang menjadikan darah tidak menggumpal dan seseorang tersebut
dikatakan bergolongan darah O. Yang artinya tidak memiliki aglutinogen sama
sekali pada eritrositnya.
Dalam
kegiatan praktikum yang kami lakukan, tidak didapatkan data probandus yang
bergolongan darah AB. Hal ini dikarenakan langkanya seseorang yang bergolongan
darah AB. Golongan darah AB ini langka karena pada plasma darah seseorang yang
bergolongan darah AB tidak didapati adanya aglutinin A maupun B. Sedangkan pada
eritrositnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B. Sehingga apabila darah
seseorang tersebut ditetesi dengan serum anti A maupun anti B, akan terjadi
reaksi antara eritrosit dan kedua serum tersebut. Reaksi terjadi mengakibatkan
darah seseorang tersebut mengalami aglutinasi.
Ketika
manusia kekurangan darah yang diakibatkan suatu penyakit tertentu. Dan
penolongan yang tepat adalah transfusi darah, maka darah yang ditransfusi
haruslah darah yang sama golongannya. Hal ini dikarenakan akan terjadi
penggumpalan darah pada pasien jika darah yang diterima tidak sama golongannya.
Dalam transfer darah dikenal dengan resipien universal dan donor universal.
Resipien universal adalah seseorang yang
bergolongan darah tertentu sehingga dapat menerima transfusi darah dari
golongan darah manapun. Resipien universal adalah orang yang bergolongan darah
AB. Secara teori orang yang bergolongan darah AB bisa menerima transfusi darah
dari golongan darah apapun. Tetapi dalam prakteknya hal ini tidak
diperbolehkan. Dikhawatirkan nantinya akan terjadi penggumpalan dan kematian.
Kenapa ? karena ditakutkan terjadi ketidakcocokan antara aglutinin resipien dan
aglutinogen pendonor.
Donor
universal adalah orang yang memiliki golongan darah tertentu sehingga dapat
didonorkan ke siapa saja yang membutuhkan. Golongan darah tersebut adalah
golongan darah O. Jadi orang yang bergolongan darah O dapat mendonorkan
darahnya untuk ssemua golongan ( sistem ABO ). Secara teori hal ini memang
bisa, dikarenakan golongan darah O merupakan golongan darah dimana tidak
ditemukan adanya aglutinogen pada sel darah merahnya. Akan tetapi dalam
prakteknya, darah dengan golongan O hanya ditransfusikan ke mereka yang
bergolongan darah O saja.
Tabel
Transfusi Darah
Resipien
Donor
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
A
|
+
|
-
|
-
|
+
|
B
|
-
|
+
|
-
|
+
|
AB
|
-
|
-
|
-
|
-
|
O
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan
: + = tidak menggumpal - = menggumpal
G.
Kesimpulan
Golongan darah pada
manusia ada empat, yaitu A, B, AB dan O. Seseorang dikatakan bergolongan darah
A, jika pada eritrositnya mengandung aglutinogen A dan pada plasma darahnya
mengandung aglutinin B. Seseorang dikatakan bergolongan darah B, jika pada
eritrositnya mengandung aglutinogen B dan pada plasma darahnya mengandung
aglutinin A. Seseorang dikatakan bergolongan darah AB, jika pada eritrositnya
mengandung aglutinogenA dan B, sedang pada plasma darahnya tidak mengandung
aglutinin A maupu B. Seseorang dikatakan bergolongan darah O, jika pada
eritrositnya tidak mengandung aglutinogen A maupun B, sedang pada plasma
darahnya mengandung aglutinin A dan B.
0 komentar:
Plaas 'n opmerking